Pada 26 Desember 2004 Aceh telah dilanda bencana dahsyat, gempa berkekuatan 8,9 pada skala richter yang memicu gelombang tsunami terbesar sepanjang sejarah Aceh memporak-porandakan Negeri Serambi Mekkah.
Bencana tersebut telah memakan korban hingga 200.000 jiwa dan 500.000 orang kehilangan tempat tinggal. Di Kota Banda Aceh, sekitar 85 persen dari seluruh infrastruktur rusak akibat tsunami. Bencana tersebut juga mengakibatkan kerusakan pada lebih dari 3.000 kilometer jalan di sejumlah daerah di Aceh, sekitar 800 kilometer garis pantai hancur dan lebih dari 3.000 hektare lahan hanyut atau terendam air laut.
Sarana pendidikan berupa kampus dan lebih dari 1.410 bangunan sekolah rusak atau hancur. Gempa dan tsunami tidak saja meninggalkan kerugian materiil dan non-materiil yang tidak terhitung dan trauma yang berat bagi masyarakat, namun juga telah menghambat pembangunan social dan ekonomi didaerah tersebut.
Bencana tsunami telah 11 tahun berlalu, Aceh terus berbenah diri dan bertekad untuk mengembalikan kehidupan di Aceh lebih baik dari sebelumnya dengan terus membangun guna mewujudkan Aceh makmur, sejahtera dan bermartabat dalam bingkai Negera Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kini lebih dari 140.000 rumah, 1.700 sekolah dan hampir 1.000 kantor pemerintahan telah dibangun. Begitu juga 36 bandara dan pelabuhan dan hampir 3.700 kilometer ruas jalan berhasil dibangun. Berbagai sektor usaha telah kembali bangkit dan aktifitas ekonomi terus maju.
Satu dekade lebih membangun Aceh merupakan bukti keseriusan pemerintah dalam membenahi infrastruktur yang telah hancur menjadi bangunan-bangunan utuh dan dapat dimanfaatkan kembali. Proses rekonstruksi ini tidak terlepas dari peran dan kerja keras pemerintah dalam merencanakan pembangunan dan proses implementasi tersistematis, sehingga pembangunan dari waktu ke waktu menunjukan progress dan tepat sasaran.
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Aceh merupakan salah satu unsur penyelenggara pemerintah dalam penetapan kebijakan perencanaan pembangunan daerah, perannya dalam membangun Aceh pasca bencana tsunami telah mendapatkan pengakuan dan berhasil memegang predikat sebagai perencana terbaik di Indonesia. BAPPEDA Aceh menyadari bahwa keberhasilan ini didukung sepenuhnya dari pemanfaatan teknologi dan sistem informasi.
e-Rencana memberikan kemudahan bagi BAPPEDA dalam menyusun dan menjaga konsistensi program perencanaan pembangunan daerah sesuai dengan prioritas pembangunan yang diharapkan. Akhirnya, ditahun 2015 BAPPEDA Aceh kembali mendapatkan penghargaan Anugerah Pangripta Nusantara dari Kementerian Perencanaan Pembangunan sebagai apresiasi daerah yang memiliki perencanaan pembangunan yang baik.
Related Post :
Dengan Aplikasi JOGJAPLAN, Bappeda DIY Dapat Merubah dan Memajukan JOGJA Dalam Waktu 9 Tahun